Ada tiga
sosok orang tua yang kita kenal; orang yang melahirkan dan mengasuh kita
(Wali/Orangtua) orang yang mendidik dan mengajarkan ilmu pada kita (Guru), dan
orangtua dari pasangan hidup kita (Mertua).
Semua
orang tua ingin masa depan anaknya memiliki masa depan yang cerah, semua orang
tua tidak menginginkan putra-putrinya tidak berpendidikan, dan orang tua dalam
keadaan apapun berusaha semampu mungkin untuk menyekolahkan putra-putrinya
setinggi-tingginya, agar kelak kehidupannya lebih baik daripada dirinya.
Harapan ini harus di tangkap oleh dunia pendidikan salah satunya adalah
sekolah, sebagai sebuah amanah yang mulia.
Semua
sependapat sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu melahirkan
lulusan-lulusan yang mumpuni, bukanlah sekolah yang gedungnya bertingkat
ataupun di pimpin Kepala Sekolah yang memiliki gelar akademik fantastis. Maka
untuk melahirkan lulusan-lulusan yang mumpuni di butuhkan guru-guru yang
bermutu, karena guru adalah garda terdepan pencetak generasi unggulan, bukan
laboratoriumnya yang canggih, bukan pula fasilitas sekolahnya yang mewah, dan
juga bukan gedung-gedung sekolahnya yang megah. Di tangan guru inilah generasi
bangsa masa depan di bekali ilmu dan wawasan. Status sebuah sekolah sebagai
sekolah yang favorite, Internasional, lulus manajemen mutu, atau sekolah dengan
label-label Agama, namun jika muridnya sering terlibat tawuran misalnya,
berkeliaran karena pengajarnya absen, status-status “kebanggaan” tersebut
hanyalah sekedar status belaka, pertanda ada yang salah dalam penanganan
pendidikan di sekolah tersebut.
Unsur
terpenting dalam dunia pendidikan adalah guru, oleh karena itu niat baik
pemerintah untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan program
sertifikasi yang telah berjalan beberapa periode. Selain untuk meningkatkan
profesionalitas tersebut, ada hal yang tidak kalah pentingnya yaitu adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
Para
guru yang telah mendapatkan sertifikat profesi guru seharusnya semakin lebih
semangat dalam pembelajaran dikelas maupun dalam mempersiapkan materi
pelajaran, bukan malah kinerja mereka menurun. kenapa hal ini bisa terjadi?
bukankah maksud dan tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan
profesionalitas dan kesejahteraan. namun ternyata bagi sebagian oknum guru,
yang menjadi prioritas utama dalam mengejar sertifikat adalah untuk
kesejahteraan.
Mengejar
sertifikat untuk kesejahteraan adalah sah-sah saja, asalkan di sertai dengan
meningkatnya profesionalitas. Karena sertifikasi adalah apresiasi dari
pemerintah untuk kaum guru, yang dulunya memang kurang mendapat perhatian layak
dari pemerintah seperti dalam lirik lagu Iwan fals yang berjudulUmar Bakri; Umar
Bakri Umar Bakri, Empat puluh tahun mengabdi, Jadi guru jujur berbakti
memang makan hati, Umar Bakri Umar Bakri Banyak ciptakan
menteri, Umar Bakri Profesor dokter insinyurpun jadi (Bikin otak
orang seperti otak Habibie) Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri Seperti
dikebiri.
Tokoh
pendidikan Anies Baswedan pernah mengatakan, Jika kita
memperhatikan kualitas, distribusi dan kesejahteraan guru, kita telah menyelesaikan
sebagian masalah pendidikan di Indonesia. Dalam Managemen Pendidikan,
guru merupakan ujung tombak dalam proses pendidikan. Proses pendidikan tidak
akan berhasil dengan baik tanpa peran guru. Secara institusional, kemajuan
suatu lembaga pendidikan (sekolah) lebih di tentukan oleh pimpinan lembaga
tersebut daripada pihak lain. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran, guru
berperan paling menentukan melebihi methode atau materi. Urgensi guru dalam
dalam proses pembelajaran ini terlukis dalam ungkapan bahasa Arab “ Al-thariqah
ahammu min al-maddah walakinna al-mudarris ahammu min al-thariqah” artinya
metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada
metode.
Begitu
pentingnya peran guru dalam pendidikan, menjadi begitu besar potensi guru dalam
memajukan dan meningkatkan pendidikan, atau sebaliknya bisa juga
menghancurkannya. Guru sebagai manusia biasa juga harus di pandang sebagai
manusia seutuhnya, di bebannya tugas yang begitu berat di bebankan, maka sudah
seharusnya harus di dukung oleh semua stake holder pendidikan
termasuk wali murid, orang tua adalah pendidik yang penting, sehingga
orang tua ini perlu dijangkau oleh sistem pendidikan. dahulu orang
tua diundang datang ke sekolah biasanya untuk sumbangan, murid menunggak pembayaran
atau karena anaknya nakal di sekolah, padahal sudah waktunya diundang
untuk bicara bersama-sama mengenai pendidikan.
Namun
di zaman sekarang sulit menemukan Umar Bakri yang di ceritakan oleh
Iwan fals dalam lagunya sebagai seorang guru yang melaju berangkat mengajar
mengendarai sepeda kumbang. Di parkiran sekolah kini, kendaraan dari
motor keluaran terbaru hingga mobil-mobil layaknya showroom berjajar
milik para guru, ini adalah potret “kesejahteraan” guru yang tidak bisa di
bantah, guru zaman sekarang sepertinya tidak menjadikan profesi guru sebagai
satu-satunya profesi, di luar itu para guru juga tidak sedikit memiliki
pekerjaan lain (other job) bukan sebagai pekerjaan sampingan (side
job). Sehingga para guru yang seperti ini sepertinya lebih cocok jika di
katakan guru tipe Aburizal Bakrie (Pengusaha, salah satu konglomerat
di Indonesia dan Mentri). Dan pendapatan yang di peroleh di luar profesi guru
itu sah-sah saja, yang penting transparan dan tidak melanggar kode etik
guru. Wallahu a’lam.
Sumber : http://widiyanto.com/