BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri
dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat
istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang
terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara
yang kaya akan budaya. Tidak
bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh
terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang
bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan daerah / kebudayaan lokal. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang
sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi
lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah. Karena kebudayaan
merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain
kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
suku bangsa seperti Tradisi Tepung Tawar
oleh Masyarakat Melayu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud tradisi tepung tawar ?
2.
Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar badan ?
3.
Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit ?
4.
Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan ?
5.
Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah ?
6.
Apa manfaat dilestarikannya
tradisi tepung tawar ?
c. Tujuan
1.
Mengetahui tradisi tepung tawar.
2.
Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar badan.
3.
Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit.
4.
Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan.
5.
Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tradisi Tepung Tawar
Tepung tawar adalah salah satu prosesi dalam acara adat Melayu, yang
biasanya dilakukan pada acara pernikahan, sunatan, menabalkan nama, menyambut
jemaah haji, syukuran, menyambut tamu agung, dan lainnya. Nama tepung tawar ini
sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tawar itu,
yakni berupa tepung beras yang dicahar dengan air. Upacara adat Tepung Tawar
kini telah menjadi sebuah keharusan, menjadi sebuah trend dijaman moderns ini,
tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan upacara tradisi Tepung tawar
ini yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat
yang melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam kehidupan rumah
tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi Tepung
Tawar pada masyarakat Melayu yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni
Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung
tawar Rumah. Dari empat jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai
perbedaan baik yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan.
B. Tepung Tawar Badan
Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras kuning,
berteh daun juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau (miyak
Bugis). Miyak bau nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi kaum
wanita cukup dengan syarat tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar). Tradisi
tepung tawar badan diperuntukan bagi anak kecil yang melaksanakan gunting
rambut atau naik ayun (naik tojang), melaksanakan pernikahan, dan yang akan
dihitan bagi laki-laki dan peremtuan. Objek yang akan diberikan menurut tata
cara yang berlaku, serta dilampas dengan memakai daun juang-juang maupun daun
ribu-ribu yang telah di celupkan pada seperangkat peralatan tepung tawar.
Adapun bagian-bagian yang dikenakan secara berurutan pada kening, bahu
kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, serta kaki kiri
sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri dan kanan tersebut. Ritual tepung
tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena menggunakan lafaz khusus yang
tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih dahulu pada ahlinya.
Upacara Tepung Tawar bagi anak bayi juga dilakukan dengan upacara ritual
dengan segala persiapan yang disediakan bagi ahli keluarga yang mempunyai
hajatan. Peralatan yang perlu dipersiapkan dan dengan lengkap harus sudah ada
jika acara dimulai. Adapun perlengkapan alat-alat tersebut antara lain; Beras
yang ditumbuk dicampur dengan daun pandan dan kunyit dibuat tepung.Daun-daun
yang diperlukan untuk alat tepung tawar ialah daun kelapa yang dibuat seperti
bunga tapak bebek diberi bertangkai disebut pentawar, dengan jumlah dua buah.
Kemudian daun-daun yang disusun dengan jumlah lebih kurang dan puluh jenis
diikat kemudian dipotong ujung pangkalnya sehingga rata permukaannya disebut
tetungkal dengan jumlah tiga buah.Nyiru kecil yang terbuat dari anyaman kulit
bamboo atau disebut juga layau digunakan untuk mengipas-ngipas badan disebut
tudung bakul. Besi, kayu arus, bekas kayu baker diikat dengan tali disebut
mereka pengkeras. Benang diikat yang diputarkan diatas kepala menurut mereka
mudah-mudahan keluarga itu dapat diikat hatinya menjadi suatu ikatan yang kuat
dan kokoh tak ubahnya seperti benang itu.Tepung yang sudah ditumbuk dan diaduk
di dalam tabung bamboo yang berukuran garis tengahnya lebih kurang dua puluh
senti meter, dan setingginya delapan belas sentimeter yang terbuat dari bamboo
Betung gunanya untuk menyimpan tepung yang sudah diaduk, tabung bambu ini
disebut tudung telak. Beras dimasukan ke dalam gantang, sirih,pinang,
tembakau,gambir, kapur,uang logam secukupnya disebut pengkeras. Beras yang
dicelup dengan kunyit disebut beras kuning atau beras kunyit. Anggota yang
melaksanakannya tiga orang untuk tetungkalnya dan dua orang untuk melaksanakan
pentawarnya, dengan jumlah lima orang.
Cara melaksanakan tepung tawar ini setelah tepung diaduk, tetungkal dan
penawar yang terbuat dari daun-daun dan daun kelapa itu dicelupkan pada tepung
kemudian dicapkan pada kening, tangan kiri dan kanan, pusat, kaki kiri dan
kanan dengan membaca selawat nabi atau doa untuk memohon keselamatan. Setelah
selesai upacara Tepung tawar maka dilanjutkan dengan acara selanjutnya yaitu
menggunting rambut bayi. Undangan yang hadir pada kegiatan tersebut adalah family
dan tetangga yang terdekat.
C. Tepung Tawar Mayit
Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah tiga
hari dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang dipakai
mandi mayit, peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar yang disebut
dengan acara Pesulli (pembersihan peralatan mayit). Peralatan di dalam
kehidupan seperti kendaraan sepeda motor, mobil, sampan,umumnya kendaraan ini
dipasang pada saat baru dipakai dan ketika mengalami musibah. Tujuannya untuk
meminta keselamatan dengan kenyakinan bahwa masih ada kekuatan gaib yang
mempengaruhi di dalam kehidupan dan tetap memohon keselamatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda hanya
minyak bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang diletakan pada
tong tempat air memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung tawar mayit yang
dikenal dengan Pesilli agar ahli keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar
menerima cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari musibah dengan memohon agar
dijauhkan dari segala musibah yang datang dengan mohon keselamatan, tidak hanya
manusia dan juga peralatan yang telah dipakai dengan wujud terimakasih telah
dipergunakan sebagai peralatan mandi.
Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai dilampas
dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang sudah bersih
baru boleh dibawa masuk kedalam rumah yang sebelumnya di simpan diluar rumah.
Telur yang disimpan pada tong dibuang segera dan tempat pemandian mayit
ditaburi dengan abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam kehidupan semua pasti
mati dan yang telah terjadi menjadi pasrah laksana abu yang kembali ketempat
asalnya.
D. Tepung Tawar Peralatan
Upacara ritual tepung tawar peralatan sama seperti tepung tawar yang
lainnya, hanya tidak menggunakan miyak bau. Biasanya yang ditepung tawar ini
adalah kendara yang baru maupun kendaran yang telah mendapat musibah seperti
setelah kecelakaan atau kendaraan hilang ditemukan kembali. Kepercayaan
masyarakat dengan menepung tawar kendaraan bahwa , kendaraan yang dipergunakan
bisa membawa keselamatan dan juga bisa mendatangkan musibah, karena kendaraan
tersebut mempergunakan bahan-bahan yang terbuat dari besi, hal ini disebut tua
besi, bahwa besi bisa membawa tuah keberuntungan dan juga bisa membawa
kerugian. Kepercayaan ini masih melekat dimasyarakt pada umumnya bahwa besi
tersebut mengandung kekuatan gaib ( ada penunggunya mahluk halus yang sering
mengikuti besi). Sehingga kepercayaan ini tidak terlepas dari memohon agar
kekuatan yang ada tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan positip dapat
mempengaruhi jiwa pemakainya. Dan meminta ijin agar selalu di dalam
keselamatan. Jika ini tidak dilakukan dengan tepung tawar sebagian kepercayaan
masyarakat akan mempengaruhi jiwa, kendaraan bisa menabrak atau ditabrak dan
bahkan bisa hilang dicuri yang biasa diungkapkan dengan kata-kata “Sueh”. Lafaz
doa yang disebutkan tidak bisa sembarangan melalui tata cara tertentu.
E. Tepung Tawar Rumah
Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah
rumah) maka di lakukan pula acara Tepung Tawar. Maksud dan fungsi mengadakan
acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari
sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt.
Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah barang kali tujuan pokok,
disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung Tawar tersebut.
Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh
tokoh dan tua-tua kampung.
F. Manfaat Dilestarikannya Tradisi
Tepung Tawar
Teori Interaksionisme simbolik sebagaimana dikemukakan oleh Veeger (1993:36,
dalam Natsir) adalah mengambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai
konsep-konsep seperti sistem,struktur sosial, posisi status, peranan sosial,
pelapisan sosial, struktur institusional, pola budaya, norma-norma dan
nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai istilah “aksi”. Seperti peranan
upacara adat yang tergambar akan menjadi sebuah daya rekat masyarakat, sehingga
upacara tersebut semakin sering dilakukan akan semakin dapat mempererat yang
sangat berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi sebuah kebutuhan dan
adanya saling ketergantungan dan keseimbangan di dalam kehidupan bersama.
Perlunya dilestarikan nilai-nilai ritual upacara adat, karena di dalam
upacara tersebut syarat dengan nilai-nilai di dalam kehidupan terutama kearifan
local, bahwa manusia tidak terlepas dari kehilapan dan kesalahan, selalu
memohon ampun dan petunjuk kepada Allah SWT, dengan terus melaksanakan
kewajiban di dalam kehidupan di dunia, saling gotong royong, menghormati yang
tua, menghargai lingkungan baik benda-benda yang bergerak maupun benda yang
tidak bergerak bahwa barang-barang tersebut mempunyai manfaat bagi kehidupan
dan itu adalah bagian dari makluk Allah SWT yang tidak bisa disembarangkan dan
juga air dan lingkungan agar selalu dijaga kebersihannya yang digambarkan
dengan air tepung tawar yang dimaksudkan agar jagan saling curiga dan
berprasangka buruk dengan yang lain dan mempunyai hati yang bersih. Selalu
mempererat tali siratul rahmi dengan saudara-saudara yang ada disekitar kita
terjaganya rasa solidaritas sesama di dalam kehidupan yang beragam, sehingga
tercapai keingin bersama hidup di dalam keteraman terhindar dari mala petaka
dan di jauhi bencana demi terwujudnya cita-cita semua manusia di muka bumi ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang
erat sekali. Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan,
tidak akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan
tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati. Maka untuk
melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan
harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu keturunan
selanjutnya.
B.
Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan
sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua
mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik
budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan
bagian dari kepribadian bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA