BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Penjelajahan angkasa adalah eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan
biasanya menyangkut teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan
dengan luar angkasa. Salah satu yang paling terkenal dan aspek penting dari
penjelajahan angkasa adalah pendaratan manusia pertama di bulan dalam
perlombaan angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Ide mengirim objek ke angkasa terdapat di dalam pikiran dari banyak
penulis sains fiksi ratusan tahun sebelum hal itu menjadi kenyataan. Beberapa
karya ini juga menulis penggambaran bagaimana hal tersebut dapat dilakukan.
Pada abad 20, dengan pengembangan propulsi teknologi yang cukup, material yang
kuat dan ringan dan terobosan teknologi dan sains lainnya, ide misi luar-bumi
tidak lagi hanya sekedar impian tapi suatu kenyataan.
Sejak manusia modern muncul dalam sejarah, hingga abad-abad terakhir,
peradaban manusia masih "terikat" pada Bumi, belum mampu menjangkau
awan, apalagi ruang angkasa.
Barulah dalam seratus tahun terakhir penerbangan manusia dan pesawat roket
mampu mewujudkan semuanya. Dalam kurun waktu itu, umat manusia sudah mampu
mengirim orang ke bulan, menerbangkan robot penjelajah ke Mars, dan mengutus
wahana teleskop antariksa hingga ke tata surya dan membawa citra semesta lebih
dekat lagi ke mata kita.
B. RUMUSAN
MASALAH
Yang menjadi rumusan
masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Apa pengertian penerbangan antariksa?
2. Bagaimana sejarah penernangan antariksa?
3. Bagaimana perkembaangan penerbangan antariksa di Indonesia?
C. TUJUAN
Dalam penyusunan makalah
ini, tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Mengetahui pengertian penerbangan antariksa
2. Mengetahui sejarah penernangan antariksa
3. Mengetahui perkembaangan penerbangan antariksa di Indonesia
D. MANFAAT
Diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat sebagai :
1. Salah satu referensi untuk
menambah wawasan pembaca tentang penerbangan antariksa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penerbangan Antariksa
Yang dimaksud dengan luar angkasa atau antariksa merujuk ke bagian yang
relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer Bumi yang bebas dari gravitasi
Bumi. Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan
lokasi "terrestrial".
Atmosfer Bumi terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis
dengan naiknya ketinggian. Namun, tidak ada batasan yang jelas antara
atmosfer dan angkasa. Sehingga perlu dibuat suatu ketetapan pada ketinggian tertentu
yang dapat dikatakan memasuki wilayah angkasa luar. Dan ketinggian 100
kilometer atau 62 mil yang ditetapkan oleh Federation Aeronautique
Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan
antara atmosfer dan angkasa.
Jadi, penerbangan antariksa adalah penerbangan yang dilakukan hingga
ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi eksplorasi fisik dari
benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu pengetahuan,
dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini penerbangan
antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang dikehendaki,
mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa, sebagai alat
transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan suatu planet,
penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.
B. Sejarah
Penerbangan Antariksa
Sejak manusia modern muncul dalam sejarah, hingga abad-abad terakhir,
peradaban manusia masih "terikat" pada Bumi, belum mampu menjangkau
awan, apalagi ruang angkasa.
Barulah dalam seratus tahun terakhir penerbangan manusia dan pesawat
roket mampu mewujudkan semuanya. Dalam kurun waktu itu, umat manusia sudah
mampu mengirim orang ke bulan, menerbangkan robot penjelajah ke Mars, dan
mengutus wahana teleskop antariksa hingga ke tata surya dan membawa citra
semesta lebih dekat lagi ke mata kita.
Setelah menciptakan roket pendorong sesuai kebutuhan, dimulailah
percobaan-percobaan antariksa. Misalnya pesawat tanpa awak, pesawat dengan
penumpang hewan, dan setelah dirasa aman untuk makhluk hidup digunakanlah
pesawat berawak manusia.
1. Awal
Penerbangan Luar Angkasa
a. Sputnik I buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 04 Oktober 1957
merupakan satelit pertama dan mampu bertahan selama 3 bulan.
b. Sputnik II buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 03 November
1957 merupakan satelit pertama berpenumpang makhluk hidup yaitu bernama Laika
namun anjing ini mati karena kehabisan oksigen diatmosfer.
c. Explorer I buatan Amerika Serikat yang dilucurkan pada tanggal 31
Januari 1958. Satelit ini merupakan satelit pertama yang di pasang oleh Amerika
Serikat. Satelit ini berbentuk silinder dan mengorbit selama beberapa tahun.
d. Sputnik V buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 9 Agustus 1960.
Penerbangan ini membawa dua ekor anjing dan beberapa jenis tumbuhan dan mengorbit
selama 1 hari dan selamat sampai ke bumi.
e. Vostok I buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 12 April 1961.
Pesawat ini adalah pesawat pertama berpenumpang manusia yaitu Yuri Gagarin.
Setelah berada 108 menit di angkasa, pesawat ini mendarat di bumi dengan
selamat.
2. Penerbangan
Ke Bulan
a. Penerbangan
ke bulan oleh Uni Soviet
Penerbangan ke bulan oleh Uni Soviet diawali dengan mengirimkan Lunik I
yang gagal karena jaraknya terlalu jauh dari bulan, tetapi sempat memberi laporan
pada tanggal 2 Januari 1959. Lunik II diluncurkan pada tanggal 14 September
1959, pesawat ini mendarat di bulan namun terlalu keras sehingga hancur. Lunik
III diluncurkan pada 14 Oktober 1959, berhasil mengorbit bulan serta melakukan
pemotretan di bagian belakang bulan namun pesawat ini terbakar habis di
atmosfer. Februari 1966, pesawat Lunik 9 berhasil mendarat di bulan dengan
membawa robot yang diberi nama Lunokhod.
b. Penerbangan
ke bulan oleh Amerika Serikat
Proyek mercury yang dilanjutkan dengan proyek gemini dan Apollo adalah
proyek Amerika Serikat dengan sasaran bulan. Apolo XI diluncurkan pada tanggal
16 Juli 1969 dan mendarat di bulan pada tanggal 20 Juni 1969 pukul 16.18
Eastern Daylight Time (EDT). Neil Amstrong merupakan manusia pertama yang
menginjakan kakinya ke bulan. Sembilan belas menit kemudian, Edwin Aldrin
menyusul. Sedangkan Michael Collins tetap berada di modul komando yang tetap
mengorbit di angkasa bulan. Mereka menancapkan bendera Amerika Serikat dan
memasang alat eksperimen gempa, angin, matahari dan cermin laser. Pesawat
terakhir adalah Apollo XVII yang diluncurkan pada tanggal 7 Desember 1972 dan
mendarat 11 Desember 1972 yang merupakan pendaratan ke enam di bulan.
3. Penerbangan
Ke Planet Lain
a. Penerbangan
ke Planet Venus
Pesawat yang melakukan penerbangan ke Planet Venus antara lain : marmer
II(Agustus 1962), mariner V(Oktober 1967), Venera 4-8(1967-1972), Pioneer(akhir
1978). Venera milik Uni Soviet sedangkan lainnya milik Amerika Serikat.
b. Penerbangan
ke Planet Mars
Pesawat yang melakukan penerbangan ke Planet Mars antara lain : Mars V,
Pesawat Mars VI(mendarat), mariner VI dan VII(awal 1969), mariner IX,
Viking(1976)-mendarat dan mengambil sampel tanah/batuan, Mars
observer(1993)-hilang di luar angkasa, Orbiter Mars Surveyor(1998)
c. Penerbangan
ke Planet Jupiter
Pesawat yang melakukan penerbangan ke Planet Jupiter antara lain :
Voyager II(diluncurkan 1976, Januari 1986 melewati uranus, Agustus 1989
melewati Neptunus), Pioneer X(akhir 1973)
Demikianlah sekelumit upaya awal perintisan penjelajahan antariksa.
Setelah proyek-proyek antariksa yang bermuatan ilmiah seperti mencari planet
yang bisa dihuni, atau peluncuran satelit cuaca, bahkan mata-mata, perjalanan
antariksa mulai mengarah ke kegiatan yang sifatnya lebih "santai",
yakni perjalanan wisata.
Beberapa perusahaan penerbangan sudah melirik dan mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan ini. Bahkan, Virgin Galactic, perusahaan milik
miliarder dan petualang Richard Branson sudah membuat jadwal terbang perdana
mereka.
C. Perkembangan
Penerbangan Antariksa di Indonesia
Indonesia belum pernah teribat secara langsung dalam exploitasi ruang
angkasa. Namun,Indonesia merupakan Negara yang cukup disegani karena
pengalamannya dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Indonesia telah
berhasil meluncurkan satelit buatan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Satelit
Palapa
Program satelit Palapa A dimulai saat Pemerintah Indonesia memberikan 2
kontrak terpisah pada Boeing Satellite Systems (dahulu dikenal dengan Hughes
Space and Communication Inc.) dari Amerika Serikat untuk menyediakan 2 satelit
(Palapa A1 dan A2), sebuah stasiun kontrol utama untuk kedua satelit tersebut
dan 9 stasiun bumi. Pembangunan 10 stasiun tersebut diselesaikan dalam waktu 17
bulan, salah satu yang tercepat bagi Boeing. Pada kontrak terpisah, dibangun
total 30 stasiun bumi lainnya untuk dioperasikan oleh Perumtel. Nama Palapa
sendiri dipilih oleh Presiden Suharto pada bulan Juli 1975.
a. Satelit
Palapa A1
Nama indonesia mendunia setelah memiliki satelit komunikasi domestik
Palapa-A1 yang diorbitkan Juli 1976 oleh badan antariksa amerika serikat (NASA)
dari kennedy space center, florida. Peresmian penggunaannya baru 17 agustus
1976, bertepatan HUT kemerdekaan RI ke-31. Pilihan membeli satelit dianggap
keputusan tepat saat itu karena indonesia adalah negara kepulauan terpanjang di
dunia dengan penduduk 130 juta jiwa (terbesar kelima saat itu).
Palapa A1 diluncurkan dari Pad LC-17A tanjung Canaveral, Amerika
Serikat, pada tanggal 8 Juli 1976 dengan roket Delta 2914 dan menempati orbit
GEO 83BT. Setelah memasuki masa operasional, 6 dari 12 transponder Palapa A1
digunakan untuk aplikasi telepon, sedangkan 1 lainnya digunakan oleh Televisi
Nasional dan 5 sisanya digunakan sebagai cadangan. Satelit ini berhenti
beroperasi pada bulan Juni 1985.
b. Satelit
Palapa A2
Palapa A2 adalah satelit komunikasi milik Indonesia dan dioperasikan
oleh Perumtel. Palapa A2 diluncurkan pada tanggal 10 Maret 1977 dengan roket
Delta 2914 dan beroperasi di orbit 77 BT sejak tanggal 11 Maret 1977 hingga
bulan Januari 1988, 4 tahun melewati masa operasional yang direncanakan.
c. Satelit
Palapa B1
Palapa B1 ini adalah satelit pertama yang bertipe HS-376 (Hughess 376)
dan terbukti sukses beroperasi selama 7 tahun dari 18 Juni 1983 hingga tahun 1990.
Satelit yang dioperasikan oleh Perumtel ini beroperasi di jalur 108 BT.
d. Satelit
Palapa C1
Satelit Palapa C1 adalah satelit komunikasi pertama dalam generasi
Palapa C yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo). Palapa C1 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan
diluncurkan pada tanggal 31 Januari 1996 di Kennedy Space Center, Tanjung
Canaveral (LC-36B) AS, menggunakan roket Atlas 2AS. Satelit ini dimaksudkan
sebagai pengganti satelit Palapa B4 yang telah beroperasi selama 7 tahun. Namun
kemudian mengalami kegagalan pengisian baterai.
Palapa C1 lantas dinyatakan tidak dapat berfungsi sesuai dengan misi
yang direncanakan. Klaim asuransi segera dibayar, dan satelit ini berpindah
tangan ke pihak perusahaan asuransi. Pada Januari 1999, kepemilikan satelit ini
beralih ke Hughes Global Services, yang mengoperasikannya dengan nama HGS 3.
Berikutnya, sebuah perusahaan yang berbasis di AS, Kalitel, menyewa HGS
3 dari Hughes. Satelit ini kemudian dipindahkan ke orbit barunya, di 50º BT
(yang terdaftar sebagai slot orbit satelit milik Turki) pada Desember 2000.
Namanya pun berubah menjadi Anatolia 1.
e. Satelit
Palapa D
Satelit Palapa D (kode internasional = 2009-046A) adalah satelit
komunikasi Indonesia yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Indosat Tbk dan
diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 16:28 WIB di Xichang Satellite
Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit ini
dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan dimaksudkan sebagai pengganti
satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner slot 113º BT yang telah selesai masa
operasionalnya pada tahun 2011.
2. Satelit
Telkom-2
Telkom-2 adalah satelit yang diluncurkan Telkom dengan menggunakan roket
Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis pada tanggal 16 November 2005.Cakupan
satelit ini meliputi Asia Tenggara dan anak benua India.
Telkom-2 memiliki umur operasi selama 15 tahun dan bernilai sekitar 170
juta dolar AS. Sekitar 70 persen kapasitas transponder Telkom-2 akan disewakan
kepada pihak luar.
Dari 30 persen kapasitas yang akan digunakan sendiri oleh Telkom,
satelit buatan Orbital Sciences Corporation ini diharapkan akan mendukung
sistem komunikasi transmisi backbone yang meliputi layanan telekomunikasi
sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan langsung internasional (SLI),
internet, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan militer.
Satelit ini akan beredar di orbit 118° BT dengan kapasitas 24
transponder C-band dan berbobot 1.975 kg. Daya jangkaunya mencapai seluruh
ASEAN, India dan Guam.
Telkom-2 telah beberapa kali mengalami penundaan peluncuran, mulai dari
November 2004, Januari 2005, April, Juni, September, Oktober, dan November
2005. Peluncuran akhirnya jadi dilaksanakan pada 16 November 2005 pada pukul
20.46 waktu lokal di Kourou.
3. Satelit
Inasat 1
INASAT-1 adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat dan didesain sendiri
oleh Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi
penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN.
Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan
komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg. Satelit itu
dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data
lingkungan (berupa fluks magnet didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun
housekeeping yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan
sistem satelit.
Adapun satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi Elektronika
(Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN, Dirgantara
Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian Kedirgantaraan
2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama Inasat-1 (Indonesia
Nano Satelit-1).
Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor
gyrorate tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana
perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk
satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.
4. Satelit
Lapan Tubsat
LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas
Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang
berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor
bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57
kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan
pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi,
banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta
untuk misi komunikasi bergerak.
LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5
meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit
630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan
lebar sapuan 81 kilometer.
Manuver attitude ini dilakukan dengan menggunakan attitude control
system yang terdiri atas 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic
coil dan sebuah star sensor untuk navigasi satelit. Komponen-komponen inilah
yang membedakannya dengan satelit mikro lain yang hanya mengandalkan sistem
stabilisasi semi pasif gradien gravitasi dan magneto torquer, sehingga
sensornya hanya mengarah vertikal ke bawah.
Sebagai satelit pengamatan, satelit ini dapat digunakan untuk melakukan
pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan
kecelakaan kapal maupun pesawat. Tapi pengamatan banjir akan sulit dilakukan
karena kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya menyertai kejadian
banjir.
Fasilitas store dan forwardnya dapat digunakan untuk misi komunikasi
dari daerah rural yang cukup banyak di Indonesia, selain untuk misi komunikasi
data bergerak.
Karena catu dayanya terbatas (5 buah baterai NiH2 berkapasitas 12 Ah),
satelit dilengkapi mode operasi hibernasi. Saat mode itu diaktifkan, hanya
komponen data handling, unit telecommand dan telemetri yang tetap beroperasi
untuk memastikan perintah tetap dapat diterima dari stasiun bumi.
Proyek satelit mikro ini disetujui pada tahun 2003 dan awalnya
direncanakan akan diluncurkan pada Oktober 2005, namun peluncurannya ditunda
akibat muatan utama roket Carthosat-2 yang akan membawa LAPAN-TUBSAT —
LAPAN-TUBSAT adalah salah satu dari empat muatan roket tersebut — masih belum
selesai disempurnakan. LAPAN-TUBSAT akhirnya berhasil diluncurkan pada 10
Januari 2007 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan di India.
5. Satelit
Indostar 2
Indostar II atau Cakrawarta II adalah satelit yang diluncurkan oleh PT
Media Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit
Indovision. Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur Proton
Breeze milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome di Kazahkstan.
Peluncuran satelit Indostar II ini telah berlangsung pada tanggal 16 Mei 2009.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penerbangan antariksa adalah penerbangan yang dilakukan hingga
ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi eksplorasi fisik dari
benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu pengetahuan,
dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini penerbangan
antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang dikehendaki,
mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa, sebagai alat
transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan suatu planet,
penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.
Dalam seratus tahun terakhir penerbangan manusia dan pesawat roket sudah
mampu mengirim orang ke bulan, menerbangkan robot penjelajah ke Mars, dan
mengutus wahana teleskop antariksa hingga ke tata surya dan membawa citra
semesta lebih dekat lagi ke mata kita.
Indonesia belum terlibat secara langsung dalam eksploitasi ruang
angkasa. Namun, Indonesia merupakan Negara yang cukup disegani karena
pengalamannya dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Hal ini terbukti
dengan berhasilnya Indonesia meluncurkan satelit buatan.
B. SARAN
Kita harus menyadari pentingnya belajar tentang penerbangan antariksa
agar suatu saat Indonesia bisa mengembangkan teknologi keantariksaannya
sehingga bisa mengirim astronotnya ke luar angkasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Palapa_D